ACARA 3 - NITROGEN TOTAL DAN AMONIAK
LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGENDALIAN
LIMBAH INDUSTRI
ACARA III
NITROGEN
TOTAL DAN AMONIAK
TAHUN
AJARAN 2013/2014
DISUSUN OLEH:
Nama
NIM
Hari/Tanggal
Kelompok
Asisten
|
: Nurul Hadiqah As-Sa’adah
: 11/318960/TP/10200
: Selasa, 08 April 2014
: D1
: Dena Prischa Putri
|
LABORATORIUM REKA INDUSTRI DAN
PENGENDALIAN PRODUK SAMPING
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Judul Praktikum
Nitrogen Total dan Amoniak
B.
Tujuan Praktikum
1.
Mahasiswa dapat
mengetahui metode dan proses uji nitrogen total dan amoniak.
2.
Mahasiswa dapat
menentukan kadar dan menganalisis N total dan amoniak dari sampel limbah.
C.
Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui metode melakukan uji
nitrogen total dan amoniak dengan tepat sehingga dapat melaksanakan praktikum
dengan lancar.
2. Kadar N total dan amoniak dari sampel limbah dapat
diketahui sehingga dapat dianalisis lebih lanjut mengenai kondisi dari sampel
limbah tersebut dan diketahui langkah penanganannya yang tepat.
BAB II
DASAR TEORI
Nitrogen
ditemukan melimpah dalam bentuk gas di atmosfer, namun tidak dapat digunakan
secara langsung oleh organisme karena memerlukan energi yang besar untuk
memecah ikatan rangkap tiga gas nitrogen. Di perairan nitrogen ditemukan dalam
dua bentuk yaitu; nitrogen terlarut (dissolved) dan tidak terlarut (particulate)
dan keduanya tidak dapat langsung digunakan oleh organisme yang lebih tinggi,
melainkan harus ditransformasikan terlebih dahulu oleh bakteri dan jamur (Yani,
2009).
Nitrogen
dapat ditemui hampir di setiap badan air dalam berbagai macam bentuk,
bergantung tingkat oksidasinya, yaitu NH3, N2, NO2,
NO3. Nitrogen netral berada sebagai gas N2 yang merupakan
hasil suatu reaksi yang sulit untuk bereaksi lagi. N2 lenyap dari
larutan sebagai gelembung gas karena kadar kejenuhannya rendah (Wagiman, 2014).
Nitrogen
yang terdapat di perairan tawar ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya
molekul N2 terlarut, asam amino, ammonia . Sumber nitrogen alami
berasal dari air hujan (presipitasi), fiksasi nitrogen dari air dan sedimen,
dan limpasan dari daratan dan air tanah. Nitrogen dapat berasal dari limbah
pertanian, pemukiman, dan limbah industri. Nitrogen di perairan dapat berupa
nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen anorganik terdiri atas ammonia ,
amonium nitrat , dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas.
Nitrogen organik berupa protein, asam amino, dan urea. Sumber nitrogen
organik di perairan berasal dari proses pembusukan makhluk hidup yang
telah mati, karena protein dan polipeptida terdapat pada semua makhluk
hidup sedangkan sumber antropogenik (akibat aktivitas manusia)
adalah limbah industri dan limpasan dari daerah pertanian, kegiatan perikanan,
dan limbah domestik. (Yani, 2009).
Nitrogen
terdapat dalam limbah organik dalam
berbagai bentuk yang meliputi empat spesifikasi yaitu nitrogen organik,
nitrogen amonia, nitrogen nitrit, dan nitrogen nitrat. Dalam air limbah yang
dingin dan segar, biasanya kandungan nitrogen organik relatif lebih tinggi
daripada nitrogen amonia. Sebaliknya dalam air limbah yang hangat kandungan
nitrogen organik relatif lebih rendah daripada nitrogen amonia. Nitrit dan
nitrat terdapat dalam air limbah dalam konsentrasi yang sangat rendah (Siregar,
2005).
Bentuk-bentuk
nitrogen tersebut mengalami transformasi sebagai bagian dari siklus nitrogen
yaitu (Yani, 2009) :
1.
Asimilasi
nitrogen anorganik (ammonia dan nitrat) oleh tumbuhan dan mikroorganisme untuk
membentuk nitrogen organik, misalnya asam amino dan protein. Proses ini
terutama dilakukan oleh bakteri autotrof dan tumbuhan.
2.
Fiksasi gas
nitrogen menjadi amonia dan nitrogen organik oleh mikroorganisme. Fiksasi gas
nitrogen secara langsung dapat dilakukan oleh beberapa jenis algae Cyanophyta (blue-green
algae) dan bakteri.
3.
Nitrifikasi,
yaitu oksidasi amonia lnenjadi nitrit dan nitrat. Proses oksidasi ini dilakukan
oleh bakteri aerob. Nitrifikasi berjalan secara optimum pada pH 8 dan pH < 7
berkurang secara nyata. Bakteri nitrifikasi bersifat mesofilik, menyukai suhu
30°C.
4.
Amonifikasi
nitrogen organik untuk menghasilkan amonia selama proses dekomposisi bahan
organik. Proses ini banyak dilakukan oleh mikroba dan jamur. Autolisis
(pecahnya) sel dan ekskresi amonia oleh zooplankton dan ikan juga berperan
sebagai pemasok amonia.
5.
Denitrifikasi,
yaitu reduksi nitrat menjadi nitrit, dinitrogen oksida (N2O), dan molekul
nitrogen (N2). Proses reduksi nitrat berjalan optimum pada kondisi anoksik (tak
ada oksigen). Proses ini juga melibatkan bakteri dan jamur. Dinitrogen oksida
adalah produk utama dari denitrifikasi pada perairan dengan kadar oksigen
sangat rendah, sedangkan molekul nitrogen adalah produk utama dari proses
denitrifikai pada perairan dengan kondisi anaerob.
Proses konversi nitrogen amonia menjadi nitrat
melibatkan bakteri autrotof. Bakteri autrotof adalah bakteri yang menggunakan
sumber energi dari cahaya matahari (photoautotrof) maupun hasil oksidasi bahan
anorganik (chemoautotrof). Sumber karbon berasal dari
fiksasi dioksida genus Nitrosomonas dan
Nitrobacter adalah jenis yang
paling memegang peranan penting dalam proses nitrifikasi (Hammer, 2004).
Amoniak
adalah senyawa kimia dengan rumus NH3.
Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam
yang khas (disebut bau amonia). Amonia
merupakan senyawa nitrogen yang terpenting dan paling banyak di produksi.
Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi,
ammonia sendiri adalah senyawa kausatik dan dapat merusak kesehatan. Amonia
adalah gas alkalin yang tidak berwarna dan mempunyai daya iritasi tinggi yang
dihasilkan selama dekomposisi bahan organik oleh deaminasi. Amonia bersifat
racun bagi ikan. Amonia dihasilkan dari sekresi/ kotoran ikan. Amonia dalam air
permukaan berasal dari air seni dan tinja, juga dari oksidasi zat organis
(HaObCcNd) secara mikrobiologi, yang berasal dari air alam atau air buangan
industri dan penduduk (Hidayah, 2012).
Amoniak
NH3 berasal dari oksidasi zat organis secara mikrobiologis yang
berasal dari air buangan industri dan penduduk. Kadar amoniak tinggi selalu
menunjukkan pencemaran. Rasa dan bau amoniak kurang sehingga kadar amoniak
harus rendah. Nitrogen organis (N total) adalah jumlah N organis dan N amoniak
bebas. Analisa N organis umumnya hanya dilaksanakan pada sampel air yang diduga
mengandung zat organis. Jika dikalikan faktor konversi nilai N total bisa
dinyatakan sebagai kandungan protein zat organik (Wagiman, 2014).
Secara fisik cairan amonia mirip dengan air dimana
bergabung sangat kuat melalui ikatan hydrogen. Tetapan elektriknya (-22 pada -34oC
; kira-kira 81 untuk H2O pada 25oC) cukup tinggi untuk membuatnya
sebagai pelarut pengion yang baik. NH3 dibentuk dengan pemberian basa pada
suatu garam amoniak. Pada bentuk cairan amonia terdapat dalam dua bentuk yaitu
amonia bebas atau tidak terionisasi (NH3) dan dalam bentuk ion amonium (NH4+).
Sifat-sifat Amoniak antara lain (Hidayah, 2012) :
1.
Amonia adalah
gas yang tidak berwarna dan baunya sangat merangsang sehingga gas ini mudah
dikenal melalui baunya.
2.
Sangat mudah
larut dalam air, yaitu pada keadaan standar, 1 liter air terlarut 1180 liter
amonia.
3.
Merupakan gas
yang mudah mencair, amonia cair membeku pada suhu -780o C dan
mendidih pada suhu -330o C, memiliki tekanan uap : 400 mmHg
(-45,4o C), Kelarutan dalam air : 31 g/100g (25o C), memiliki
berat jenis : 0.682 (-33,4o C), berat jenis uap : 0.6 (udara=1),
suhu kritis : 133oC
4.
Amoniak bersifat
korosif pada tembaga dan timah.
Adanya
ammonia di perairan dapat menjadi indikasi terjadinya kontaminasi oleh
pemupukan yang berasal dari material organik. Nitrogen tinggi juga berasal dari
pertanian. Konsentrasi Nitrogen dalam bentuk nitrat secara bertahap dapat
meningkat di beberapa mata air di areal pertanian. Bila air tersebut dikonsumsi
oleh masyarakat untuk mandi, cuci dan kakus dapat menimbulkan dampak negatif
pada kesehatan masyarakat (Dewi, 2013).
Di alam
Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni dan tinja, juga dari oksidasi
zat organis (HaObCcNd) secara mikrobiologi, yang berasal dari air alam atau air
buangan industri dan penduduk. Zat organik bakteri juga dapat dikatakan ammonia
yang berada dimana-mana, dari kadar beberapa mg/L pada air permukaan dan air
tanah, sampai kira-kira 30 mg/L atau lebih pada air buangan. Ammonia (NH3)
juga merupakan racun gas yang dihasilkan dari pembusukkan kotoran organic dan
kotoran metabolic yang dihasilkan oleh ikan atau dari sekresi/ kotoran ikan.
Amoniak juga dapat dibuat dengan cara memanaskan tanduk dan kuku binatang
ternak (Hidayah, 2012).
Perairan
umum yang mengandung kadar amonia tinggi dapat mengganggu pertumbuhan ikan dan
biota perairan lainnya bahkan dapat bersifat racun yang mematikan ikan. Kadar
amoniak terlarut 2 ppm - 7 ppm sudah
dapat mematikan beberapa jenis ikan. Kadar amoniak dalam perairan dihasilkan dari
penumpukan limbah makanan di dasar perairan dan dari tubuh ikan yang
mengeluarkan amonia bersama kotorannya. Banyaknya penumpukan sisa-sisa makanan
dalam keramba akan meningkatkan kadar amonia terlarut dalam air, sehingga
penumpukan sisa-sisa makanan tersebut bila tidak segera dibersihkan dapat
membahayakan kehidupan ikan di dalam keramba/jala apung. Perairan umum dengan
kadar amonia berkisar antara 0,5 ppm – 1 ppm cukup baik untuk pertumbuhan ikan
dan biota perairan lain yang bermanfaat menyuburkan perairan. Pertumbuhan ikan
akan terhambat jika kadar amonia di perairan kurang dari 0,5 ppm (Cahyono,
2001).
Pada
umumnya Amoniak tidak mudah terbakar, tetapi apabila campuran udara dan amoniak
dalam ruangan 13-27% maka akan meledak dan terbakar. Amoniak dapat terbakar
pada daerah mudah terbakar : 16-25 % (LFL-UFL). Suhu kamar : 65o C.
Amoniak juga dapat menjadi korosif apabila terkena tembaga dan timah. Selain
itu amoniak 0,2% sampai dengan 0,3% dari volume ruangan menyebabkan kematian.
Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyababkan kematian
ikan, udang, dan binatang air lainnya yang terdapat pada perairan
tersebut. Kadar ammonia yang tinggi pada air sungai menunjukkan adanya
pencemaran, akibatnya rasa air sungai kurang enak dan berbau (Hidayah, 2012).
Amonia
yang dikeluarkan dari aktivitas metabolisme ikan merupakan masalah serius dalam
sistem produksi akuakultur intensif karena akan membangun-up ke tingkat beracun
dalam tangki ikan. Oleh karena itu, sistem sirkulasi dengan proses filtrasi
menjadi komponen penting untuk menjaga kualitas air agar yang sesuai kondisi
untuk produksi ikan (Putra, 2011).
Pada air
minum kadar amonia harus nol dan pada air sungai di bawah 0,5 mg/L. Amoniak
cair dapat menyebabkan kulit melepuh seperti luka bakar dan juga dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan. Bahkan bisa
menyebabkan mual, muntah, dan pingsan. Penggunaan amoniak dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan penyakit kanker karena amoniak bersifat karsinogenik atau
bahan yang dapat menimbulkan kanker. Amoniak juga merupakan senyawa kimia yang
cukup terkenal bagi dunia kecantikan khususnya rambut yang digunakan sebagai
bahan campuran dari pewarna untuk membuat cat rambut, obat pelurusan rambut
yang dapat menyebabkan rambut menjadi kering, kasar, pecah-pecah, kusam dan rusak
(Hidayah, 2012).
Senyawa nitrogen yang
berasal dari industri peternakan unggas merupakan salah satu senyawa penyebab
polusi, sebagai kegiatan mikrorganisme yang mengubah asam urat menjadi gas
amonia. Gas amonia merupakan gas yang menyebabkan iritasi dan merupakan gas
yang banyak ditemukan dalam kandang unggas. Amonia menyebabkan perubahan
jaringan pada sistem pernafasan dan meningkatkan infeksi mikoplasma dan
menurunkan pertumbuhan. Selain itu, amonia dalam tanah akan dikonversikan ke
dalam nitrat oleh bakteri nitrat, sehingga mengakibatkan pH air tanah turun dan
tingginya kadar nitrat dalam air minum (Santoso, 2009).
Nilai ambang batas NH3 dan N total yang telah
ditetapkan oleh pemerintah melaui keputusan Menteri Lingkungan Hidup tahun 1995
berkisar 1 – 2,5 maksimal mg/L. Amonia totalnya 50 mg/L. Hasil penelitian
membutikan bahwa nilai N total 296,8 ppm tidak akan membahayakan mikroorganisme
dalam air dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan pada perhitungan nitrogen
ammonia yang nilainya 494,67 ppm merupakan amonia yang cukup tinggi dan akan
dapat mempengaruhi mutu baku air (Hidayah, 2012).
Dalam praktikum ini, metode yang dilakukan adalah dengan
menggunakan metode Kjeldahl. Metode
Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada
asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi
dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan
menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang
terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan
ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode
ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan
pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek. Cara Kjeldahl digunakan
untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak
langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Cara
Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan
semimakro. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi
dan besar contoh 1-3 g, sedang semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran
kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen. (Fatimah, 2009).
Analisa protein cara Kjeldahl pada
dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu (Fatimah, 2009) :
1.
Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam
sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon,
hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N)
akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering
ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4dan HgO (20:1). Gunning
menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator
tersebut titk didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan
lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga
diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat
tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari
valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.
2.
Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah
menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan.
Agar supaya selama destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan
cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam
zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam
khlorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak
antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi
tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan
berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP.
3.
Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida
maka sisa asam khorida yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH
standar (0,1 N). Akhir titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan
menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator
PP.
%N = × N. NaOH × 14,008 × 100%
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat
maka banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan
titrasi menggunakan asam khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda.
%N = × N.HCl ×
14,008 × 100 %
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar
proteinnya dengan mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi
protein ini tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu
bahan.
BAB III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
Alat:
1.
2 buah Labu
Kjeldahl
2.
3 buah penjepit
3.
4 buah gelas
beaker 100 ml
4.
3 buah gelas
beaker 250 ml
5.
3 buah gelas
ukur 50 ml
6.
1 buah gelas ukur
25 ml
7.
2 buah gelas
ukur 10 ml
8.
4 buah pipet
ukur 5 ml
9.
4 buah
erlenmeyer 50 ml
10.
1 buah spatula
11.
1 buah ball
pipet
12.
1 buah buret
13.
1 buah statif
14.
1 buah corong
kaca
15.
Serbet
Bahan:
1.
Sampel limbah
cair
2.
Katalis N
3.
Larutan NaOH
tiosulfat
4.
Larutan asam borat
MRBCG
5.
Larutan HCl 0,02
N
6.
Larutan H2SO4
pekat
7.
Aquadest
B.
Cara Kerja
PROSEDUR
|
HASIL
|
a.
Menentukan
Nitrogen Total.
1)
Proses Destruksi
a. Sampel limbah sebanyak 3 ml diambil
dan dimasukkan ke dalam labu Kjehldahl.
b. 1 sendok katalis dan 5 ml H2SO4
pekat ditambahkan ke dalam labu.
c. Larutan
didestruksi dengan cara pemanasan sampai larutan berwarna jernih kehijauan
kemudian didinginkan sampai berwarna bening.
2)
Proses Distilasi
a. Sampel yang telah didestruksi
dimasukkan ke alat distilasi, labu dibilas dengan sedikit aquadest (5 ml).
b. Ditambahkan
20 ml larutan NaOH-tio kemudian ditambahkan air suling secukupnya (5-10 ml)
untuk membersihkan sisa NaOH-tio dalam alat distilasi mikro Kjeldahl.
c. Campuran larutan didistilasi, di
mana hasil distilasi ditangkap oleh larutan 5 ml H3BO3-MRBCG.
d. Distilasi
dihentikan setelah distilat mencapai volume 50 ml.
e. Larutan distilat dititrasi
menggunakan HCl 0,02 N sampai berwarna merah muda.
f.
Kadar nitrogen total dihitung dengan
menggunakan rumus yang sudah ada.
b.
Menentukan
Amonia (Nitrogen Amonia)
1. Sampel cair sebanyak 5 ml
dimasukkan, tempat sampel dibilas dengan sedikit aquadest (5 ml).
2. Ditambah 20 ml larutan NaOH-tio
kemudian ditambahkan air suling secukupnya (5-10 ml) untuk membersihkan sisa
NaOH-tio dalam alat distilasi mikro Kjeldahl.
3. Campuran larutan didistilasi, di
mana hasil distilasi ditangkap oleh larutan 5 ml H3BO3-MRBCG.
4. Distilasi dihentikan setelah
distilat mencapai volume 50 ml.
5. Larutan distilat dititrasi
menggunakan HCl 0,02 N sampai berwarna merah muda.
6. Kadar
NH3 dihitung dengan menggunakan rumus yang sudah ada.
|
Sebanyak 3 ml sampel
limbah telah berada di dalam labu Kjeldahl dan siap digunakan.
Larutan tercampur
dengan 1 sendok katalis dan 5 ml H2SO4 pekat.
Larutan telah
terdestruksi dan menjadi berwarna jernih kehijauan, kemudian setelah
didinginkan menjadi berwarna bening.
Labu terbilas dengan
aquadest.
Larutan tercampur
dengan NaOH-tiosulfat dan bersifat basa.
Larutan dalam proses distilasi.
Volume sudah mencapai
50 ml dan distilasi dihentikan. Warna menjadi biru jernih.
Larutan telah
berwarna merah muda dengan volume HCl sebanyak 3 ml.
Kadar N total sebesar
280 ppm atau 0,175 %.
Sampel sebanyak 5 ml
berada di dalam labu Kjeldahl.
Larutan tercampur
dengan NaOH-tiosulfat dan bersifat basa.
Larutan dalam proses
distilasi.
Volume distilat
mencapai 50 ml dan distilasi dihentikan.
Larutan berwarna
merah muda dengan volume HCl terpakai sebanyak 3 ml.
Didapat kadar NH3
sebesar 168 ppm.
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Praktikum
1.
Perhitungan
a.
N total (ppm)
b.
N total (%)
c.
N-NH3
(ppm)
168
ppm
2.
Gambar hasil uji
nitrogen dan amoniak
Terlampir
B.
Pembahasan
Judul praktikum pengendalian limbah
industri acara 3 ini berjudul Nitrogen Total dan Amoniak yang bertujuan agar
mahasiswa dapat mengetahui metode dan proses uji nitrogen total dan amoniak
serta dapat menentukan kadar dan menganalisis N total dan amoniak dari sampel
limbah.
Dalam praktikum ini ada 2
kegiatan yaitu menghitung N total dan menghitung NH3. Untuk
penghitungan kadar N total dilakukan dengan metode destruksi dan distilasi,
sedangkan untuk penghitungan kadar NH3 atau hanya dilakukan dengan
metode distilasi saja. Uji NH3 dilakukan tanpa proses destruksi
karena amonia merupakan senyawa yang sederhana. Proses distilasi bertujuan
untuk memisahkan larutan yang memiliki titik didih yang berbeda.
Kegiatan pertama ialah uji N
total yang dilakukan proses destruksi. Destruksi bertujuan untuk memecah
ikatan senyawa organik menjadi bagian
yang lebih sederhana yaitu amonium sulfat. Pada proses destruksi dilakukan
penambahan katalis N dan H2SO4. Larutan H2SO4
berfungsi untuk mengurai senyawa N menjadi unsur-unsur penyusunnya sedangkan katalis
N berfungsi untuk mempercepat jalannya reaksi dengan cara menurunkan energi
aktivasi dan titik didih H2SO4. Penambahan larutan H2SO4
dilakukan di dalam lemari asam karena
larutan ini pekat dan gas yang dihasilkannya cukup berbahaya. Penambahan
katalis N dilakukan dengan menggunakan spatula kecil yang dimasukkan ke dalam
labu Kjeldahl secara horizontal, tujuannya adalah agar serbuk katalis tidak
tercecer dan menempel di dinding leher labu. Labu kemudian dikocok agar larutan
di dalamnya menjadi homogen, larutan ini berwarna coklat keruh yang perlahan
berubah menjadi coklat kekuningan. Selanjutnya dilakukan pemanasan hingga
larutan berwarna jernih kehijauan yang mengindikasikan proses destruksi sudah
selesai. Kemudian larutan amonium sulfat yang terbentuk didinginkan supaya suhu
sampel sama dengan suhu luar dan untuk menghentikan reaksi yang sebelumnya
terjadi sebelum dilanjutkan ke perlakuan berikutnya. Pendinginan dilakukan
sampai larutan berubah warna menjadi bening, lalu dilakukan proses distilasi
dengan menggunakan metode semi mikro Kjeldahl. Untuk kegiatan kedua yaitu
penghitungan kadar NH3 langkahnya sama dengan kegiatan pertama namun
tanpa proses destruksi sehingga langsunng didistilasi. Pada proses distilasi
ditambahkan larutan NaOH-tiosulfat yang berfungsi sebagai pemberi suasana basa karena
reaksi tidak dapat berlangsung dalam suasana asam. Selain itu juga ditambahkan
reagen asam borat (H3BO3-MRBCG) yang berfungsi untuk
menangkap hasil distilat. Senyawa tersebut merupakan senyawa amfoter yang dapat
bersifat asam atau basa karena range pH yang lebar sehingga dapat dijadikan
sebagai indikator apakah distilat bersifat asam atau basa. Proses distilasi
dihentikan jika volume distilat mencapai 50 ml. Kedua sampel dari kedua
kegiatan kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai warnanya berubah
menjadi merah muda.
Terdapat beberapa reaksi
kimia yang terjadi dalam uji nitrogen total dan ammonia, yaitu:
a.
Tahap destruksi
Sampel
limbah(aq) + H2SO4(aq)Ã CO2(g) +
H2O(aq) + (NH4)2SO4(l) + SO2(g)
b.
Tahap distilasi
(NH4)2SO4(aq)
+ 4NaOH Tio (aq) 2 NH3 (l) + 3 H2O(g)
+ 2NaSO4Ã 3 NH3
(l) + H3BO3 (aq) (NH4)3BO3
(aq)
c.
Tahap titrasi
(NH4)3BO3(aq)
+ HCl(aq)NH3Cl(aq)
Ada tiga bentuk nitrogen yang biasanya diukur dalam badan air:, amonia nitrat dan nitrit. Nitrogen total
adalah jumlah total kjeldahl nitrogen (nitrogen organik dan berkurang), amonia,
dan nitrat-nitrit. Hal ini dapat diturunkan dengan pemantauan untuk nitrogen total kjeldahl
(TKN), amonia, dan nitrat-nitrit individual dalam menambahkan komponen
bersama-sama. Rentang yang dapat diterima dari total nitrogen adalah
2 mg / L sampai
6 mg / L, meskipun disarankan untuk memeriksa
suku, negara, atau standar federal untuk perbandingan yang memadai
(Nurhuda, 2011). Dalam praktikum ini yang diuji adalah kadar N total dalam
satuan ppm dan persen, serta kadar NH3 dalam satuan ppm.
Pentingnya pengetahuan nilai nitrogen
total dalam pengendalian limbah industri ialah agar dapat melakukan penanganan
yang tepat pada suatu limbah. Dengan mengetahui kadar N total maka dapat
dihitung kadar NH3 yang terkandung di dalamnya. Kadar amoniak
tinggi selalu menunjukkan pencemaran. Rasa dan bau amoniak kurang sehingga
kadar amoniak harus rendah (Wagiman, 2014). Perairan
umum yang mengandung kadar amonia tinggi dapat mengganggu pertumbuhan ikan dan
biota perairan lainnya bahkan dapat bersifat racun yang mematikan ikan. Kadar
amoniak terlarut 2 ppm - 7 ppm sudah
dapat mematikan beberapa jenis ikan. Kadar amoniak dalam perairan dihasilkan
dari penumpukan limbah makanan di dasar perairan dan dari tubuh ikan yang
mengeluarkan amonia bersama kotorannya. Banyaknya penumpukan sisa-sisa makanan
dalam keramba akan meningkatkan kadar amonia terlarut dalam air, sehingga
penumpukan sisa-sisa makanan tersebut bila tidak segera dibersihkan dapat
membahayakan kehidupan ikan di dalam keramba/jala apung. Perairan umum dengan
kadar amonia berkisar antara 0,5 ppm – 1 ppm cukup baik untuk pertumbuhan ikan
dan biota perairan lain yang bermanfaat menyuburkan perairan. Pertumbuhan ikan
akan terhambat jika kadar amonia di perairan kurang dari 0,5 ppm (Cahyono,
2001). Pada air minum kadar amonia harus nol dan pada air sungai di bawah 0,5
mg/L (Hidayah, 2012). Dengan mengetahui kadar amonia dalam zat cair maka dapat
ditentukan kelayakannya untuk dikonsumsi sebagai air minum. Jika masih sedikit
berada di atas batas tersebut maka kemungkinan bisa diolah agar layak dikonsumsi.
Semua itu dapat diketahui jika kadar NH3 sudah dihitung. Dapat
dikatakan bahwa penghitungan kadar N total dan NH3 sangat penting
dalam pengendalian limbah industri.
Jumlah kelebihan nitrogen di perairan dapat menyebabkan
rendahnya tingkat oksigen terlarut dan negatif mengubah berbagai tanaman
hidup dan organisme. Menurut Peraturan Gubernur DIY No.20 Tahun 2008 tentang
Baku Mutu Air, kadar NH3 yang diperbolehkan adalah 0,5 mg/L. Kadar
amoniak terlarut 2 ppm - 7 ppm sudah
dapat mematikan beberapa jenis ikan (Cahyono, 2001). Dampak jika kadar NH3
melebihi ambang batas adalah tidak dapat dikonsumsinya suatu zat cair karena NH3
merupakan zat yang beracun dan berbahaya jika jumlahnya terlalu banyak. Jika
kadar NH3 dalam limbah terlalu banyak maka harus dilakukan
penanganan khusus sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak membahayakan.
Hasil dari praktikum ini ada
3 perhitungan yaitu kadar N total dalam satuan ppm, kadar N total dalam satuan
persen, dan kadar NH3 dalam satuan ppm. Untuk perhitungan kadar N
total (ppm), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Di mana V merupakan
volume larutan HCl yang digunakan saat titrasi yaitu 3 ml, N merupakan nilai
normalitas larutan HCl yaitu 0,02 N, dan ml sampel adalah volume sampel yang
diuji yaitu 3 ml. Setelah dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus didapat
nilai N total sebesar 280 ppm. Satuan ppm setara dengan mg/L sehingga 280 ppm =
280 mg/L.
Untuk perhitungan N total dalam satuan persen rumusnya
adalah sebagai berikut :
Nilai N dan V sama seperti perhitungan
sebelumnya yaitu 0,02 N dan 3 ml. Untuk mg sampel adalah berat sampel yang
diuji yatu 3000 mg. Bedanya, kali ini dikalikan dengan 6,25 yang merupakan
konstanta. Setelah dilakukan perhitungan didapat nilai persentase kadar N total
adalah 0,175 %.
Terakhir adalah
perhitungan kadar NH3 dalam satuan ppm yang dihitung melalui rumus
berikut :
Nilai N sama seperti sebelumnya yaitu 0,02 N,
nilai V juga sama yaitu 3 ml. Karena untuk uji NH3 digunakan sampel
sebanyak 5 ml, maka bagian ml sampel diisi dengan 5 ml. Setelah dihitung,
didapat kadar NH3 sebesar 168 ppm. Karena satuan ppm setara dengan
mg/L maka 168 ppm = 168 mg/L.
Menurut Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, nilai ambang batas N total adalah sebesar 20 mg/L. Sedangkan
menurut Peraturan Gubernur DIY No.20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air, kadar NH3
yang diperbolehkan adalah 0,5 mg/L. Hasil praktikum menunjukkan kadar N total
sebesar 280 mg/L dan kadar NH3 168 mg/L. Angka ini jauh melebihi
ambang batas yang ditentukan sehingga dapat dikatakan bahwa sampel limbah tidak
dapat digunakan untuk konsumsi air minum, selain itu jika akan dibuang ke
lingkungan terutama perairan maka harus dikurangi dulu konsentrasinya agar
kadar N total dan NH3 nya menurun. Jika tidak, maka ketika dibuang
ke lingkungan akan menyebabkan kematian biota air terutama ikan karena zat NH3
yang berbahaya dan beracun.
Beberapa penanganan untuk
menurunkan kadar NH3 adalah dengan metode
pengolahan limbah mikrobiologi yaitu proses nitrifikasi. Pada proses ini amoniak
diubah menjadi nitrit/nitrat oleh bakteri nitrosomonas atau bakteri lain
kemudian diubah lagi menjadi nitrogen bebas yang ramah lingkungan. Cara lainnya
bisa dengan metode stripping, yaitu pemanasan amoniak dengan menggunakan steam
atau heater supaya amoniaknya menguap ke udara bebas. pH optimum untuk metode stripping ini ± 12. Selain itu limbah amoniak dapat dinetralkan dengan asam
sulfat (Khuntari, 2012).
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Kjeldahl. Metode ini cocok digunakan
secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang
sedikit dan waktu analisa yang pendek. Metode ini kurang akurat bila
diperlukan pada senyawa yang mengandung atom nitrogen yang terikat secara
langsung ke oksigen atau nitrogen. Tetapi untuk zat-zat seperti amina, protein,dan
lain – lain hasilnya lumayan. Cara Kjeldahl
digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara
tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar
nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi
6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai,
dan gandum angka konversi berturut-turut sebagai berikut: 5,95, 5,71, dan 5,83.
Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung
16% nitrogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik
dengan asumsi nitrogen dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak
terdapat dalam jumlah yang besar. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa
purina, pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina
ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara
ini kini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar
protein dalam bahan makanan.
Metode
lain pengukuran N-total
ialah secara destilasi titrimetri dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.
Larutan ekstrak jernih hasil destruksi dipipet masing-masing 25 ml ke dalam
1abu didih yang telah diberi batu didih, kemudian diencerkan dengan air suling
menjadi 100 ml, ditambah 20 ml NaOH 30% dan labu didih segera ditutup.
Selanjutnya, labu didih dihubungkan dengan alat destilasi untuk menyuling N
yang dilepaskan dan ditampung dengan erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1%
dan tiga tetes indikator Conway (berwarna merah). Destilasi dilakukan sampai volume
larutan penampung sekitar 60 ml yang berwarna hijau. Larutan hasil destilasi
kemudian dititar dengan H2SO (0,05 N) sampai warna hijau berubah menjadi merah
muda. Sebagai kontrol terhadap N yang ada dalam bahan pelarut yang digunakan,
prosedur yang sama dilakukan pada larutan yang tidak mengandung tanah (sebagai
blanko) dengan perlakuan yang sama terhadap contoh (Usman, 2012).
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Proses uji nitrogen total dilakukan melalui proses
destruksi terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan proses distilasi.
Sedangkan uji amonia dilakukan tanpa melalui proses destruksi, namun langsung
melalui proses distilasi. Metode yang digunakan untuk proses distilasi pada
kedua uji tersebut adalah metode semi mikro Kjeldahl.
2. Kadar N total dari limbah cair industri tahu yang
diuji adalah sebesar 280 ppm atau 0,175 %, seangkan kadar amonia dari limbah
cair indusri tahu yang diuji adalah sebesar 168 ppm.
B.
Saran
Sebaiknya
bal pipet diganti dengan alat sedot pipet biasa yang lebih praktis
penggunaannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewi, Yusriani Sapta, dan Mega Masithoh. 2013. Efektivitas Teknik
Biofiltrasi Dengan Media Bio-Ball Terhadap Penurunan Kadar Nitrogen Total.
Dalam Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik
LIMIT’S. Vol 9, No.1: 45-53.
Fatimah. 2009. Kjeldahl. Dalam http://kisahfathe.blogspot.com/2009/02/kjeldahl/ diakses pada Senin 7 April
2014 pukul 10.15 WIB.
Hammer, Mark
J. 2004.
Water & Wastewater Technology.
Upper Saddle River New Jersey Colombus,
Ohio.
Hidayah, Nur Evi. 2012. Bahan
Kimia Beracun. Dalam http://evynurhidayah.wordpress.com/2012/01/17/makalah-bahan-kimia-beracun/ diakses pada Senin 7
April 2014 pukul 10.09 WIB.
Khuntari, Wiwit. 2012.
Amoniak. Dalam http://akuwewete.blogspot.com/2012/
11/amoniak.html/ diakses pada 20 April 2014 pukul 00.34 WIB.
Nurhuda, Wilda Utami. 2011. Laboratorium
Buangan Padat. Dalam http://laboratoriumlingkunganbywildatl32.blogspot.com/2011/09/laboratorium-buangan-padat-pengelolaan.html/ diakses pada 20 April 2014 pukul 01.59 WIB.
Putra, Iskandar, dkk. 2011. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup
Ikan Nila Oreochromis Niloticus Dalam Sistem Resirkulasi. Dalam Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol 16, No.1 : 56-63
Santoso, Urip. 2009. Pengaruh Pemberian Produk Fermentasi dari Bacillus
Subtilis Terhadap Kadar Nitrogen, Asam Urat dan Amonia dalam Feses Broiler. Dalam Jurnal Sain Peternakan Indonesia. Vol. 4, No
2: 67-71.
Usman. 2012. Teknik Penetapan Nitrogen Total Secara
Destilasi Titrimetri dan Kolorimetri Menggunakan Autoanalyzer. Dalam Buletin Teknik Pertanian Vol. 17, No. 1, 2012:
41-44.
Wagiman. 2014. Modul Praktikum Pengendalian Limbah Industri Program
Studi Strata I Jurusan Teknologi
Industri Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Yani, Dian Riska. 2012. Kandungan Nitrogen Dalam Kolam Perairan.
Dalam http://dianriezka.blogspot.com/2012/12/kandungan-nitrogen-pada-kolam-perairan/ diakses pada Senin 7
April 2014 pukul 10.04 WIB.
2 comments
bisa japri ga kak, itu yang foto rumusnya kayaknya file nya crashed
ReplyDeleteAduuuh maaf bgt filenya udah engga ada,file praktikum abis aku lulus aku hapus :( tp kalo googling banyak kok kl cmn rumus aja
Delete