Perancangan dan Pengembangan Produk di Sektor Jasa (Pengiriman Produk Pisang)
Tugas Mata Kuliah Perancangan dan Pengembangan Produk
Oleh: Nurul Hadiqah As-Sa'adah
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara tropis yang
memiliki ragam buah khas yang tersebar di berbagai pulau dan belum dikelola
pengembangannya sebagaimana mestinya baik menyangkut tata produksi, penanganan
pascapanen, pengolahan dan pemasarannya. Buah eksotik yang hanya tumbuh dan
berproduksi di Nusantara menjadi aset nasional yang harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya bagi kemaslahatan rakyat. Tanaman buah yang menghutan menjadi
daya tarik tersendiri bagi konsumen yang mendambakan buah organik. Sementara
pengelolaan kebun tanaman buah menjadi upaya utama untuk menjaga keberlanjutan
pasokan buah bermutu kepada masyarakat pembeli baik domestik maupun luar negeri
(ekspor).
Keberhasilan bisnis buah mensyaratkan
jumlah dan kontinyuitas pasokan dari buah yang terjamin mutunya. Jaminan mutu
buah dapat diperoleh melalui penanganan pascapanen yang baik dan memadai dengan
memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu buah tersebut.
Penanganan pascapanen buah dirancang dalam bentuk rangkaian kegiatan dari panen
hingga buah dikemas dan siap distribusikan pemasarannya atau untuk mendapatkan
perlakuan seperti penyimpanan, pemeraman atau perlakuan khusus lainnya yang
dituntut konsumen. Bangsal penanganan buah untuk menampung rangkaian kegiatan
tersebut agar dapat dikendalikan dengan baik menjadi sarana penting yang harus
dimiliki pelaku bisnis buah.
Pemasaran sebagai bagian hilir dari
sistem agribisnis harus didukung oleh sistem transportasi yang handal dalam
distribusinya, agar bisnis buah dapat terjamin keberhasilannya. Pengembangan
agribisnis buah dalam berbagai tingkatan berdasarkan skala usaha termasuk
kegiatan usaha pendukungnya menjadi telaahan yang penting agar sistem
agribisnis dapat berlangsung secara adil, proporsional dan profesional serta
melibatkan banyak pelaku usaha, sehingga diharapkan dapat menjadi penyedia
lapangan kerja bagi angkatan kerja perdesaan di daerah sentra produksi.
II.
PEMBAHASAN
Pisang adalah tanaman buah berupa
herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk
Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika
Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa
Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.
Tumbuhan pisang banyak terdapat di
Indonesia dan dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropis. Di Asia,
Indonesia merupakan penghasil pisang terbesar yaitu kira-kira 50% dari produksi
pisang Asia. Pisang merupakan buah-buahan terpenting di Indonesia, dengan
jumlah produksi tertinggi diantara buah-buahan yang ada. Pisang merupakan
tumbuhan yang tidak mengenal musim dan mudah berkembangbiak; hal tersebut
menyebabkan ketersediaan buah pisang di pasaran selalu melimpah. Kendala yang
ada adalah buah pisang memiliki waktu penyimpanan yang relatif singkat karena
mempunyai kadar air yang tinggi sehingga membuat buah pisang cepat busuk. Salah
satu cara untuk mengatasi kendala tersebut yakni untuk memperpanjang daya
simpan serta daya penggunaannya, buah pisang diolah menjadi berbagai produk
seperti dalam bentuk tepung pisang atau produk olahan lain.
Industri pengolahan pisang di
Indonesia
selain mampu memasok pasar domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun terbatasnya daya serap pasar domestik dan persaingan pasar yang semakin ketat, sehingga kesinambungan industri pengolahan masih kurang lancar. Sebagai makanan, buah pisang dapat diolah mejadi beragam produk yang lezat antara lain, seperti : kripik, ledre, getuk jus, puree, sale, jam, dan pisang goreng/bakar. Buah pisang juga dapat diolah menjadi tepung, makanan bayi, cuka, cider (wine) dan sirup glukosa. Hampir sebagian besar produk ini sudah diproduksi skala komersial (UKM).
selain mampu memasok pasar domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun terbatasnya daya serap pasar domestik dan persaingan pasar yang semakin ketat, sehingga kesinambungan industri pengolahan masih kurang lancar. Sebagai makanan, buah pisang dapat diolah mejadi beragam produk yang lezat antara lain, seperti : kripik, ledre, getuk jus, puree, sale, jam, dan pisang goreng/bakar. Buah pisang juga dapat diolah menjadi tepung, makanan bayi, cuka, cider (wine) dan sirup glukosa. Hampir sebagian besar produk ini sudah diproduksi skala komersial (UKM).
Buah, termasuk pisang, umumnya
merupakan komoditas yang mudah rusak (bulky
dan perishable) sehingga memerlukan
penanganan ekstra hati-hati setelah buah dipanen, agar mutunya terjaga sampai
kepada konsumen. Untuk menjaga mutu, aneka buah harus melalui tahapan
penanganan yang dimulai dari panen/pemetikan buah hingga ke bangsal penanganan.
Semakin banyak tahapan yang dilalui dan semakin lama penanganan berlangsung,
risiko kehilangan dan kerusakan juga semakin besar.
Penanganan pascapanen buah diawali dari
pemanenan atau pemetikan. Dengan demikian pemanenan menjadi titik kritis yang
sangat berpengaruh pada mutu buah. Penentuan umur petik didasarkan atas hasil,
tampilan visual, harga yang diharapkan, taksiran kehilangan akibat pemilahan
untuk mencapai mutu pengapalan (shipping quality), dan kondisi lapangan.
Panen merupakan kegiatan untuk mengumpulkan buah
secepat mungkin dari bahan pertanaman pada tingkat ketuaan yang tepat dengan
tingkat kerusakan, kehilangan hasil dan biaya yang minimum. Selama pemanenan
buah harus dijaga sedemikian rupa agar tidak mengalami kerusakan mekanis. Kegiatan
panen sebaiknya dilakukan pada saat suhu dingin.
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah
berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen
adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur
80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat.
Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk
pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat
sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari
setelah diterima konsumen.
Waktu pagi hari segera setelah embun kering
merupakan saat panen yang baik. Pemanenan yang dilakukan siang hari pada saat
hari panas akan mengaibatkan kehilangan air yang tinggi, berkerut dan layu.
Pemanenan buah biasanya masih dilakukan dengan cara dipetik menggunakan tangan,
dijolok dengan galah berkantong atau bersangkar menggunakan bambu dengan
ujungnya dianyam sebagai keranjang, digunting tangkainya, atau diparang. Buah
hasil pemetikan dikumpulkan dalam keranjang plastik atau keranjang bambu, yang
biasanya juga ikut dibawa ke atas pohon dengan tali, apabila pohon buah-buahan
bercabang tinggi. Cara dan waktu panen yang kurang baik dapat mengakibatkan
kerusakan mekanis dan fisiologis. Pemilihan cara panen sering dibatasi oleh
pertimbangan-pertimbangan ekonomis, logistik, dan cuaca.
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan
tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling
atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang
disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke
bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka
yang dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang
pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia
tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari
permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.
Umumnya buah di Indonesia dihasilkan oleh para petani atau pekebun
di sentra produksi yang berada jauh dari konsumen. Transportasi atau
pengangkutan diperlukan untuk membawa buah dari tempat pengemasan/pengepakan di
sentra produksi ke berbagai tempat tujuan menggunakan berbagai kendaraan
pengangkut. Buah dapat mengalami beberapa kali pengangkutan untuk mencapai
tujuan akhir. Jarak tempuh pun juga bervariasi, jarak terpendek jika buah dari
sentra produksi langsung dipasarkan di kios buah atau pasar setempat.
Apabila buah telah dipanen dengan mutu yang baik dan dilakukan
pengemasan dengan tepat dan baik, maka kualitas tersebut perlu dijaga selama pengangkutan menuju konsumen akhir, penanganan saat distribusi, dan transportasi,
distribusi dan ritel penanganan di tingkat pengecer. Upaya mempertahankan kualitas buah tersebut
terkait dengan pengelolaan suhu, yaitu mempertahankan suhu buah tetap berada
pada kisaran optimal untuk menghambat kemunduran mutu. Dari uraian di atas,
jelas bahwa mempertahankan rantai dingin selama transportasi, distribusi dan
ritel adalah hal terbaik.
Transportasi dan distribusi merupakan kegiatan-kegiatan yang berada pada
satu rangkaian untuk peredaran atau perdagangan buah. Tahapan ini mengambil
waktu yang cukup lama dari masa simpan buah, sekitar 50-75% masa simpan buah
berada pada transportasi dan distribusi. Pemilihan jenis transportasi untuk
pengiriman buah didasari oleh beberapa faktor yaitu tempat tujuan, nilai
ekonomi buah, tingkat kepekaan/kemudahan produk menjadi rusak, kuantitas,
kondisi transportasi yang dipersyaratkan, kondisi iklim tempat asal dan tempat
tujuan, waktu tempuh yang diinginkan sampai tujuan, tarif/biaya angkutan, dan
kualitas pelayanan.
Pengangkutan buah menggunakan truk dengan bak terbuka masih banyak
dilakukan. Di Indonesia, buah yang dihasilkan petani seperti pisang, nangka,
sukun, melon, semangka, blewah, pepaya, durian, nenas, manggis, duku, mangga,
umumnya diangkut menggunakan truk dengan penutup kain terpal pada bagian atas.
Untuk mengurangi kerusakan mekanis selama pengangkutan, pada pemuatan buah
secara curah, bak truk dapat dilapisi dengan jerami atau daun pisang kering,
demikian juga pada tiap lapisannya. Saat pembongkaran muatan dilakukan sortasi
untuk memisahkan buah yang mengalami kerusakan mekanis, buah matang, dan
kerusakan lainnya.
Selama perjalanan panjang, dapat terjadi peningkatan suhu di dalam bak,
yang berasal dari panas yang dikeluarkan oleh buah ditambah panas dari
lingkungan luar (bagian bawah, dan samping kendaraan). Untuk mengurangi
peningkatan suhu yang terjadi di dalam bak truk yang ditutup terpal, saat
memuat buah dan menutupnya dengan kain terpal harus dimungkinkan adanya aliran
udara dari depan ke belakang yang berguna untuk membuang panas. Rancangan truk
tanpa pendingin yang dilengkapi dengan ’penangkap angin’ dan saluran udara yang
disusun dari peti-peti kayu memungkinkan terciptanya aliran udara dari depan ke
bagian belakang sehingga dapat menghindari peningkatan suhu. Untuk pengiriman
antar kota/daerah umumnya telah menggunakan truk atau trailer berpendingin.
Truk berpendingin memiliki kapasitas angkut lebih kecil dari trailer, berupa
boks berinsulasi dan dilengkapi pendingin. Trailer berpendingin berupa boks
berinsulasi memiliki roda di bagian belakang dan digandengkan dengan kendaraan
penggandengnya. Buah yang diangkut dengan truk berpendingin memiliki daya
simpan lebih lama daripada buah dengan pengangkutan tanpa pendingin. Untuk
tujuan ekspor yang memerlukan waktu kurang lebih beberapa minggu umumnya
digunakan angkutan kapal dengan fasilitas container berpendingin.
III. PENUTUP
Tahapan yang dilalui saat pemanenan dan pascapanen
merupakan hal yang penting dalam menjaga kualitas buah pisang. Dalam hal
pemanenan, hal yang diperhatikan adalah teknik dan alat panen. Sedangkan untuk
penanganan pascapanen, yang harus diperhatikan adalah dalam hal transportasi.
Jenis transportasi yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik bahan agro,
dalam hal ini pisang, agar produk tidak rusak selama berada dalam proses
transportasi. Beberapa alat transportasi yang dapat digunakan adalah truk,
trailer, dan container. Untuk truk dan container dilakukan beberapa modifikasi
dan teknik penataan agar produk di dalamnya tidak mengalami kerusakan, misalnya
diberi alat pendingin, lubang udara, dan ditutup dengan terpal.
Tags:
industri
kuliah
new product development
pengiriman produk pisang
Perancangan dan Pengembangan Produk
0 comments